Minggu, 17 Januari 2010

Danau Tiga Warna Kelimutu Ende Flores NTT

Perjalanan sekitar dua jam dari Kota Ende, Kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), ditempuh dengan sebuah mobil sewaan melintasi jalan berkelok-kelok, jurang dan tebing, serta kondisi jalan yang tidak mulus. Terasa melelahkan dan penuh tantangan, apalagi perjalanan dilakukan pada dini hari. Namun semuanya sirna setelah memasuki Kampung Moni, kampung terdekat menuju Danau Kelimutu.

Ibu-ibu menawarkan kain tenun Lio yang dijual di kaki Gunung Kelimutu yang menjadi pelataran parkir kendaraan pengunjung danau tersebut. Kain tenun Lio merupakan salah satu potensi lokal yang dijual masyarakat setempat bagi wisatawan.

Warna-warna Danau Kelimutu terus berubah. Perubahan itu bisa saja disebabkan oleh kandungan mineral, pengaruh biota jenis lumut dan batu-batuan di dalam kawah tersebut. Bagi masyarakat setempat perubahan warna itu mempunyai makna tersendiri.

Kampung Moni terletak di Desa Koanara, Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende yang berjarak 13 kilometer dari Danau Kelimutu. Dari Moni hanya dibutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk mencapai bibir Danau Kelimutu. Tepat pukul 08.15 Wita, setelah melintasi jalan setapak sekitar satu kilometer, kami tiba di bibir Danau Kelimutu. Danau tiga warna di puncak kawah Gunung Kelimutu yang menjadi salah satu dari keajaiban dunia ini, benar-benar mempesona dengan keindahan dan misteri yang tersimpan di puncak gunung setinggi 1.690 meter di atas permukaan laut itu.

Kelimutu merupakan gabungan dari kata keli yang berarti gunung dan mutu yang berarti mendidih. Kelimutu adalah satu dari sekian daerah tujuan wisata yang sangat terkenal di Pulau Flores, selain komodo, kampung tradisional Bena, dan Taman Laut Riung yang indah. Danau vulkanik dianggap ajaib dan misterius karena warna ketiga danau tersebut berubah-ubah, seiring dengan perjalanan waktu. Sebelumnya warna danau ini adalah merah, putih, dan biru.

Pada pertengahan 2006 lalu terjadi beberapa kali perubahan terutama untuk dua danau yang letaknya bersebelahan yakni Danau Arwah Muda-mudi (tiwu nua muri ko'o fai) dan Danau Arwah Tukang Tenung (tiwu ata polo). Danau Arwah Muda-mudi yang sebelumnya berwarna hijau, pada Juni tahun lalu sempat berubah menjadi biru. Sementara Danau Tukang Tenung atau Orang Jahat yang sebelumnya berwarna cokelat tua berubah warna agak kemerah-merahan. Satu danau yang terpisah, Danau Arwah Orangtua (tiwu ata mbupu) tetap berwarna hijau tua/lumut. Namun, pada Desember lalu ketika Pembaruan berkunjung ke danau tersebut Danau Arwah Muda-mudi kembali berwarna hijau, Danau Orang Jahat menjadi biru tua, dan Danau Orangtua menjadi cokelat kehitaman. Warna air Danau Kelimutu adalah misteri alam.

Pagi hari adalah waktu yang terbaik untuk menyaksikan Danau Kelimutu. Menjelang tengah hari, apalagi sore hari, biasanya danau diselimuti kabut yang menghalangi pandangan. Itu sebabnya para wisatawan biasanya bermalam di Kampung Moni dan baru berangkat ke Gunung Kelimutu dini hari. Kelimutu terletak sekitar 66 kilometer dari Kota Ende. Dari Ende dapat menggunakan kendaraan sewaan untuk perjalanan Ende-Kelimutu- Ende. Waktu perjalanan bisa ditentukan sendiri dan pengunjung dapat mencapai puncak Kelimutu. Untuk biaya yang lebih murah dari Ende dapat menggunakan bus umum, namun hanya sampai di Kampung Moni, tetapi sulit mendapatkan bus yang tiba pagi hari di kampung itu sehingga harus menginap di tempat itu. Perlu juga menyewa kendaraan pribadi atau ojek untuk mencapai puncak danau. "Kalau dengan kendaraan sewaan pengunjung bisa mampir di beberapa desa tradisional dan perjalanan diatur sesuai kesepakatan. Biasanya sekali jalan hingga pulang, butuh dua jam dengan harga Rp 400.000. Waktu tersebut sudah lebih dari cukup termasuk dua jam penuh menikmati Danau Kelimutu dan sekitarnya," kata Paul Yanca, sopir yang biasa menyewakan kendaraan pribadinya. Kelimutu dapat dicapai dari Ende menggunakan bus antarkota ataupun kendaraan sewaan, dengan harga dan waktu perjalanan yang relatif tidak jauh berbeda.

Sebuah cottage dari kayu adalah salah satu dari alternatif penginapan di Kampung Moni sebelum atau sesudah mengunjungi Danau Kelimutu. Tarif yang relatif murah dan pemandangan alam yang menarik merupakan kenikmatan bagi wisatawan dengan dana terbatas. Kelimutu diyakini juga sebagai tempat bersemayamnya arwah-arwah manusia. Danau yang terlihat pada gambar merupakan danau arwah orang tua (tiwu ata mbupu) letaknya terpisah dari dua danau lain yang saling berimpitan.

Flora

Untuk menginap di Kampung Moni terdapat sekitar 20 homestay yang dikelola penduduk dengan tarif Rp 25.000- Rp 50.000 per malam. Cottage milik pemerintah bertarif Rp 75.000-Rp 85.000. Kawasan Kelimutu dikelilingi hutan dengan flora yang jarang ditemukan di wilayah Flores. Ada pinus, cemara, kayu merah dan edelweiss. Sedangkan fauna yang ada seperti rusa, babi hutan, ayam hutan dan elang.

Apa yang terlihat saat ini tidak jauh berbeda dengan kondisi 10 tahun lalu ketika mengunjungi kawasan tersebut. Hanya sedikit perbedaan, jika 10 tahun lalu kendaraan pengunjung bisa mencapai bibir danau, saat ini kendaraan hanya bisa sampai di kaki gunung dan butuh 30 menit berjalan kaki menuju bibir danau ajaib itu.

Masyarakat setempat mempercayai bahwa Gunung Kelimutu keramat dan memberikan kesuburan pada alam di sekitarnya. Dalam beberapa kesempatan biasanya ada upacara masyarakat setempat dan memberikan sesajen kepada "arwah" yang menjaga kawasan tersebut.

Luas ketiga danau itu sekitar 1.051.000 meter persegi dengan volume air 1.292 juta meter kubik. Batas antardanau adalah dinding batu sempit yang mudah longsor. Dinding terjal tersebut memiliki sudut kemiringan 70 derajat dengan ketinggian antara 50 sampai 150 meter.

Gunung Kelimutu pernah meletus pada 1886 dan meninggalkan tiga kawah berbentuk danau tersebut dan ditetapkan sebagai taman nasional sejak 26 Februari 1992. Kelimutu juga merupakan tempat yang bagus bagi yang menyukai hiking dan menikmati kawasan desa pegunungan tropis

Taman Nasional Kelimutu (5356,50 ha) ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 679/Kpts-II/1997 tanggal 10 Oktober 1997 terletak 60 km ke arah timur Laut Kota Ende atau terletak di antara 8048'21" - 8048'24" Lintang Selatan (LS) dan 121044'21" - 121050'15" Bujur Timur (BT).di belahan Tenggara Pulau Flores. Secara administratif merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur.. Terdapat keindahan alam yang luar biasa berupa fenomena alam yang tidak ada kembarannya di Muka Bumi yakni Tiga Danau Kawah yang selalu berubah warna. Keajaiban alam ini dibangun oleh aktivitas geologi gunung Kelimutu (1.690 m dpl) itu sendiri. Kelimutu memiliki iklim tropis yang relatif stabil dengan curah hujan berkisar antara 1.651 s.d. 3.363 mm per tahun dimana musim hujan jatuh pada bulan Desember s.d. Maret dan bulan-bulan terkering terjadi pada bulan Oktober s.d. Nopember. Suhu udara berkisar antara 25,5° – 31° celcius dengan suhu minimum mencapai 11,6° celcius yang terjadi pada bulan Juli – Agustus. Pada musim hujan semua tumbuhan berwarna hijau subur dan pada musim kering terutama pada bulan Oktober dan Nopember banyak tumbuhan yang meluruhkan daun. Kondisi tanah dan iklim sangat berpengaruh langsung terhadap flora dan fauna yang ada disini. Kawasan Taman Nasional Kelimutu terbadi dalam empat (4) zonasi (SK Dirjen PKA No. 16/Kpts/DJ-V/2001 yang terdiri dari : 1. Zona Inti seluas 350,50 ha, vegetasi dominan ( Vaccinium varingiaefolium), Cemara Gunung ( Casuarina junghuniana ), ( Rhododendron renschianum). Satwa dominan burung perkici, babi hutan, ayam hutan. 2. Zona Rimba seluas 4.351,50 ha, vegetasi dominan ampupu ( Eucalyptus urophylla ), cemara (Casuarina junghuniana), Ara (Ficus sp). Satwa dominan babi hutan, kera, ayam hutan, burung perkici. 3. Zona Pemanfaatan Intensif seluas 96,50 ha, vegetasi dominan kurusaku, ranga. Satwa dominan ayam hutan , burung perkici. 4. Zona Rehabilitasi seluas 558,50 ha, vegetasi dominan kurusaku, ranga. Satwa dominan ayam hutan, burung perkici. Kekayaan flora-fauna spesifik yang ada di salah satu zona wallacea ini diantaranya pohon Ampupu (Eucalyptus delgupta), E. Urophyla, juga berbagai jenis Ficus dan Cemara gunung ( Casuarina junghuhniana) mendominasi lembah-lembah dekat kawah. Pada pelataran sekitar kawah yang merupakan areal terbuka ditumbuhi Vaccinium, Rhododendron dan Eidelweis yang berbunga sepanjang tahun. Terdapat burung Garugiwa (Monarcha sacerdotum) Geologi dan Tanah Daratan Flores merupakan bagian dari jalur pegunungan vulkanik yang berawal dari ujung utara Sumatera, bersambung ke Jawa, Bali, Lombok, Sumba, Flores, Alor dan berakhir di Laut Banda. Kondisi lapisan tanah di Flores tergolong muda dan labil. Mungkin kedua hal inilah yang menyebabkan sering terjadi gempa baik tektonik maupun vulkanik di Pulau Flores. Tanah di kawasan Taman Nasional Kelimutu terdiri dari tanah regosol, mediteran dan latosol. Sedangkan formasi geologinya terdiri dari batuan basa menengah, batuan berasam kersik dan efusive berasam kersik. Topografi Topografi Taman Nasional Kelimutu bervariasi dari bergelombang ringan sampai berat dengan relief berbukit-bukit sampai bergunung-gunung dengan tingkat kemiringan atau lereng yang sangat terjal dan curam, terutama pada dinding-dinding dan areal sekitar danau. Topografi yang bergelombang berat umumnya terdapat di bagian Selatan kawasan. Ketinggian Ketinggian kawasan Taman Nasional Kelimutu berkisar antara 1.500 - 1.731 meter dpl. Titik tertinggi terdapat di puncak Gunung Kelibara, yakni mencapai 1.731 m dpl dan puncak Gunung Kelimutu 1.690 m dpl. Iklim Kabupaten Ende beriklim tropis. Suhu Udara rata-rata 21?C di pagi hari dan 31?C di siang hari. Musim hujan terjadi antara bulan Desember - April dengan curah hujan rata-rata antara 1.000 sampai 1.500 mm per tahun. Mei sampai November merupakan bulan musim kemarau. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson Taman Nasional Kelimutu dikelilingi oleh pemukiman masyarakat dari komunitas adat LIO yang masih sangat kental dengan tata-krama adatnya. ini dicirikan dengan berpadinya sifat agraris, religi dan magis. berbagai acara seremonial adat yang digelar menunjukan betapa kuatnya kedekatan mereka dengan alam semesta, INE PARE adalah sebutan lain dari suku LIO karena secara mithologi merekalah yang pertama kali menemukan padi sebagai bahan ,makanan pokok sekarang ini. senyum dan kerama-tamahan mereka akan menyambut siapapun yang datang ke Taman Nasional Kelimutu. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani/peladang. Mereka pada umumnya bekerja menggarap ladang atau kebun dengan jenis tanaman pangan yang biasanya mereka tanam adalah padi, jagung, ubi kayu dan jenis kacang-kacangan. Sedangkan jenis tanaman keras yang mereka pelihara adalah kakao, cengkeh, kemiri dan kopi. Disamping bekerja sebagai penggarap ladang/kebun sebagian dari mereka ada juga yang memelihara ternak dengan skala kecil dan masih bersifat tradisional. Ternak yang mereka pelihara antara lain sapi, babi, kerbau, kambing dan ayam. Seperti umumnya masyarakat lain suku Lio dalam pergaulan sehari-hari berbahasa suku Lio. Mereka memiliki adat istiadat yang masih melekat dan ditaati oleh seluruh anggota masyarakatnya, seperti dalam hal upacara perkawinan, upacara waktu tanam dan panen, membuat/memperbaiki rumah adat (keda) dan lain-lain. Mereka juga mengenal waktu-waktu tertentu yang menurut mereka tidak boleh ada aktivitas atau pekerjaan (Joka Ju) seperti berkebun, berladang dan lain-lain yang apabila dilanggar terkena sanksi adat (Poi). Taman Nasional Kelimutu merupakan salah satu taman nasional yang mempunyai keunikan dan nilai estetika sangat tinggi. Dalam kawasan ini terdapat tiga buah danau yang terletak di puncak Gunung Kelimutu. Masing-masing danau tersebut mempunyai warna yang berbeda-beda serta selalu berubah warnanya dari waktu-kewaktu. Danau Tiwu Ata Mbupu (danau arwah para orang tua) dan danau Tiwu Nuwa Muri Koo Fai (danau arwah muda-mudi) letaknya saling berdekatan dan danau Tiwu Ata Polo (danau arwah para tukang tenung) yang letaknya agak berjauhan dengan kedua danau sebelumnya. Selain keunikan dan keindahan bentang alamnya, yang melatarbelakangi kawasan Gunung Kelimutu dijadikan taman nasional adalah terdapatnya Selain keunikan dan keindahan bentang alamnya, di kawasan Taman Nasional Kelimutu terdapat 78 jenis Flora, 2 (dua) diantaranya merupakan jenis endemik Kelimutu yaitu Uta onga (Begonia kelimutuensis) dan turuwara (Rhondodenron renschianum) Pada saat musim berbunga antara Mei sampai dengan Agustus bagaikan taman Firdaus karena akan memberikan warna merah pada tepian danau. ada beberapa jenis satwa endemik Flores yaitu burung gerugiwa (Monarcha sp) burung endemik yang suaranya sangat merdu ini sering disebut burung arwah karena jarang sekali menampakkan diri dan sulit ditemui. Dengan kicauan yang riuh bersahutan burung inilah yang selalu menyambut kedatangan Anda di Kelimutu setiap fajar menyingsing yang memiliki kicauan dengan 11 suara yang berbeda, dan 3 jenis mamalia yaitu tikus lawo (Rattus hainaldi ), deke (Papagomys armandvillei ), Wawi ndua (Sus heureni). Selain itu terdapat objek-objek yang sangat menarik yang bisa dinikmati bagi para Wisatawan seperti : Rumah adat di kampung Wologai Tengah Kecamatan Detusoko merupakan salah satu dari 24 komunitas adat suku LIO yang berada di sekitar Taman Nasional Kelimutu dengan budayanya yang luhur sangat kental dengan perilaku agraris, religi sekaligus magis dengan kedekatannya yang kuat kepadaan alam, Seni tari adat LIO sering dipertunjukkan pada berbagai upacara atau pesta adat tertentu Tarian yang dibawakan secara masal bisa berupa Gawi, Mure, Ule Lela Nggewa, Wanda Pala dan banyak lagi yang bisa diikuti olehpara wistawan, Tenun ikat salah satu produk kerajinan tradisional masyarakat, dari motif dan bentuk kain kita bisa membaca produk asal kampung yang membuatnya. Motiv dan corak kain melukiskan suatu cerita yang mengandung makna filosofi tinggi. serta kelayakan penggunaan yang sesuai dengan eventnya yakni untuk menghadiri pesta adat, pesta pernikahan, acara religi ataupun suasana berkabung. Semuanya bisa menjadi kenangan yang tak terlupakan bila anda berkunjung ke Kawasan Taman Nasional Kelimutu.

Danau Kelimutu (Danau Tiga Warna)

Danau yang terletak di puncak gunung yang berketinggian 1.690 dpl ini merupakan sebuah danau yang unik, dimana air nya memiliki 3 warna dan unik sekali. Saat saya melintasi daerah itu dengan pesawat, terbukti memang sungguh indah sekali. Kelimutu sendiri memiliki arti yaitu, keli yang artinya gunung dan mutu berarti mendidih. terletak di Pulau Flores. Danau tersebut merupakan sebuah danau vulkanik dan dari ketiga warna warna tersebut bisa berganti ganti warna nya sesuai perjalanan waktu dan gejala vulkanik yang terjadi pada gunung tersebut. dan terkadang dikaitkan berubahnya warna tersebut dikaitkan dengan mitos mitos datangnya bencana yang sangat dipercayai masyarakat sekitar (Kecamatan Wolowaru, kabupaten Ende, NTT). Danau atau Tiwu Kelimutu di bagi atas tiga bagian yang sesuai dengan warna - warna yang ada di dalam danau. Danau berwarna biru atau "Tiwu Nuwa Muri Koo Fai" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa muda-mudi yang telah meninggal. Danau yang berwarna merah atau "Tiwu Ata Polo" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang yang telah meninggal dan selama ia hidup selalu melakukan kejahatan/tenung. Sedangkan danau berwarna putih atau "Tiwu Ata Mbupu" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua yang telah meninggal. luas ketiga danau itu 1.051.000 meter persegi dengan volume 1.292 juta meter kubik. Danau ini sendiri ditemukan oleh Van Such Telen, warga negara Belanda, tahun 1915.



Sebenarnya mengapa danau tersebut bisa memiliki warna ya? apa ada yang iseng memberi pewarna? hehehe joke. berubahnya warna berhubungan dengan zat besi dan gas belerang yang sangat tinggi, dikarenakan gunung ini masih aktif, pembiasan matahari, serta pantulan dinding batu sekitaran danau itu turut andil menjadi penyebab berubah warna nya, selain itu adanya mikro biota dalam air yang menjadikan nya berwarna seperti itu (hal serupa juga terjadi dengan laut hitam dan laut merah). Contohnya antara lain meningkatnya kandungan besi (fe) dalam air mengakibatkan air menjadi berwarna kemerahan dan hijau bisa ditimbulkan dengan adanya lumut lumut yang hidup di dasar danau.

Kelimutu adalah nama gunung berapi yang berada di Flores Nusa Tenggara Timur (NTT), tepatnya berada kabupaten Ende Flores. Gunung Kelimutu mempunyai keunikan tersendiri yaitu memiliki danau berwarna yang selalu berubah-ubah, danau tiga warna itu menjadi sangat terkenal sehingga ramai di kunjungi wisatawan asing manca negara. Danau Kelimutu terkenal ketika berwarna Merah, Biru, dan Putih (seperti susu) warna-warna itu cerah bukan buram tetapi selalu berubah mengikuti warna dasar kawah gunung berapi itu.

Ketika saya pergi ke sana, saya masih kecil — hehehe sekarang saya kelas lima SD Tunas Bangsa Sunter, tepatnya waktu itu saya sebelum masuk TK Tunas Bangsa Sunter, setelah pulang dari Flores saya masuk TK. Sejarah mencatat awal mulanya daerah ini di temukan oleh seorang dari negara Belanda yang bernama Van Such Telen pada tahun 1915 — Waw saya di mana? Karena keindahan warna air di kawah dan pemandangan alam dengan pohon pinus yang rimbun, Danau Kelimutu menjadi terkenal di dunia dan menjadi salah satu dari 9 keajaiban dunia.

Sejak 26 Febuari tahun 1992 pemerintah Indonesia menetapkan Danau Kelimutu dan sekitarnya menjadi kawasan Konservasi Alam Nasional Indonesia. Menurut cerita Ayah bahwa Danau Kelimutu juga terkenal sangat angker dan dari cerita keangkeran Kelimutu terkenal hingga ke negara lain, hal itu dapat di buktikan dengan buku yang di tulis oleh Y.Bouman yang melukiskan keindahan Danau Kelimutu pada tahun 1929 mengatakan selain indah juga angker. Ternyata bule-bule itu suka dengan keajaiban warna Danau Kelimutu dan alam yang indah untuk kemudian mereka membuat penelitian.

Tahun 1975 Ayah pergi ke sana, mencapai puncak menggunakan mobil Land Rover membutuhkan waktu 2 hari pulang pergi dari puncak gunung. Jalan menuju puncak Kelimutu waktu itu berliku-liku, licin dan sempit hanya cukup untuk satu mobil, kiri dan kanan jalan terdapat jurang yang dalam dan tebing yang tinggi. Sehingga jika ada mobil yang sedang menuju ke atas harus bersama-sama jika ada rombongan mobil yang turun dari puncak gunung Kelimutu, mobil lain yang hendak naik harus menunggu bergantian melintasi jalan itu tetapi sekarang keadaannya telah berubah jalannya sudah di perbaiki pemerintah setempat tetapi mobil tidak bisa lagi mencapai bibir danau pengunjung harus melewati jalan setapak kurang lebih satu kilometer untuk mencapai bibir danau.

Keindahan dan keangkeran seolah menyatu di puncak gunung yang terdapat danau tiga warna itu, wisatawan asing suka itu, mereka datang tidak hanya untuk melihat keajaiban Danau Kelimutu tetapi setelah tiba di sana mereka pergi ke hutan di sekitar untuk melihat-lihat sambil menyelidiki, tetapi wisatawan lokal akan merasa seram dan ngeri karena Danau Kelimutu tidak seperti danau biasa yang sering kita lihat, ketiga danau berwarna itu berada di lubang kawah yang luas (seperti sumur besar). Pinggiran danau yang terjal itu juga mudah longsor karena keadaan tanah yang labil.

Luas danau Kelimutu kurang lebih satu kilometer persegi dengan kemiringan dinding danau 70 derajat, jarak dari permukaan air kurang lebih 50 meter hingga 150 meter. Para wisatawan tidak berani berdiri langsung di pinggir danau karena kondisi tanah di sekitarnya labil sehingga mudah longsor… Aduh seram banget — Helikopter juga tidak berani melintas tepat di permukaan danau yang seperti sumur luas itu, pihak Taman Nasional Kelimutu membuat pagar pembatas dengan jarak yang aman untuk wisatawan, sementara jika hari telah senja angin bertiup cukup kencang menerpa hutan pinus yang berada di sekitar danau sehingga menimbulkan suara-suara aneh seperti suara orang menangis dan suara tangisan bayi yang berasal dari gesekan daun dan batang pohon pinus, cemara, kayu merah dan edelweiss di puncak gunung sehingga menimbulkan suasana angker hehehe… danau tiga warna itupun akan tertutup oleh kabut dengan jarak pandang sekitar satu meter.

Masyarakat setempat percaya perubahan warna danau itu mempunyai arti tersendiri. Mereka menyebut “Tiwu Kelimutu”, tiwu berarti danau, kata Kelimutu mempunyai dua arti, Keli berarti Gunung, Mutu berarti Mendidih atau Panas terbakar. Penduduk setempat percaya Danau Kelimutu memiliki arti masing-masing dan menyebut ketiga danau itu dengan nama berbeda.

Danau berwarna biru disebut “Tiwu Nuwa Muri Koo Fai” danau tempat berkumpulnya roh pemuda dan pemudi yang telah meninggal. Danau berwarna putih disebut “Tiwu Ata Mbupu” yang berarti danau orangtua sebagai tempat berkumpulnya roh orangtua mereka yang telah meninggal. Danau yang berwarna merah disebut “Tiwu Ata Polo” yang berarti danau setan atau hantu tempat berkumpulnya roh orang yang telah meninggal tetapi selama hidup orang-orang itu selalu melakukan kejahatan. Perubahan warna danau sering terjadi sehingga tidak bisa memakai warna danau sebagai patokan nama dan letak, ketiga nama danau itu lebih mudah di ingat letak dan tempatnya dengan nama Tiwu Ata Mbupu, Tiwu Nuwa Muri Koo Fai dan Tiwu Ata Polo.

Danau Tiwu Ata Mbupu atau danau roh para orang tua dan danau Tiwu Nuwa Muri Koo Fai atau danau roh pemuda dan pemudi letaknya berhimpitan hanya di batasi oleh dinding tanah kawah yang tipis dengan permukaan yang lancip sehingga mudah longsor jika terjadi hujan atau gempa sedangkan danau Tiwu Ata Polo atau danau roh para orang jahat (daerah Flores juga terkenal dengan tukang santet/tenung) letaknya berjauhan.

Perubahan warna Danau Kelimutu sering terjadi karena disebabkan oleh karbon, mineral dan biota jenis lumut yang melekat pada batu-batuan di dasar danau dalam kawah tersebut. Pada bulan Mei 1997 terjadi perubahan warna, Tiwu Ata Polo dari sebelumnya cokelat maupun hijau tua menjadi merah hati, Tiwu Ata Mbupu dari cokelat tua dan hitam berubah menjadi hijau kecoklatan.

Rute termuda untuk mencapai lokasi Taman Nasional Kelimutu, pertama jika dari Jakarta mengambil rute perjalanan udara Jakarta - Kupang - Maumere Flores. Jika berangkat dari Surabaya - Kupang - Maumere Flores. Lebih banyak pilihan jika dari Denpasar Bali, hehehe… lokasi wisata yang indah dan alami terbentang dari Bali, Lombok hingga ke Flores dan Alor. Jika ingin langsung dan cepat adalah pilihan rute penerbangan Denpasar langsung ke Maumere. Pilihan kedua dari Denpasar - Kupang - Maumere.

Pilihan ketiga dari Denpasar Bali terserah kamu lewat darat dan laut. Setelah Bali bisa mampir dulu ke Pantai Senggigi Lombok, Taman Nasional Komodo kemudian Taman Nasional Kelimutu. Perjalanan dari Komodo ke Kelimutu juga terdapat beberapa perkampungan suku-suku setempat yang layak dikunjungi. Tetapi itu memerlukan fisik yang kuat, kamu harus benar-benar siap fisik dan mental untuk melintasi laut dengan kapal dan jalan darat yang panjang dan berliku-liku, naik turun gunung terjal dengan mobil di jalan sempit terutama di daerah Flores. Saya sendiri heran lalu bertanya kepada Ayah ketika mengikuti beliau ke Flores. “Papi ko ga nyampai-nyampai ini dari tadi belok-belok melulu di hutan kapan tiba?” baru belok kiri belum sempat lurus roda mobil kami sudah belok lagi dan naik turun gunung. Jika melakukan perjalanan di Flores sebaiknya pilih perjalanan waktu siang hari, siapkan camera dengan lensa yang baik, pemandangan alam dari puncak gunung ke lembah hingga laut dengan pulau-pulau kecil di sekitarnya sungguh indah.

Pemandangan alam sungguh menakjubkan ketika melintasi daerah Lombok hingga Flores. Semua pantai indah segar alami! Kondisi pantai asli, belum terjamah tangan orang jahil, air laut yang bening hingga kamu bisa melihat dasar laut yang indah penuh dengan terumbu karang warna-warni dan itu benar-benar indah di perairan Komodo dan Rinca Labuhan Bajo. Jika dari Komodo harus melintasi tiga kabupaten baru mencapai Danau Kelimutu, Jadi lebih mudah datang dari Maumere kemudian bisa kembali ke Jakarta, Surabaya, Denpasar Bali dan Kupang Darwin juga dari Maumere.

Pilihan rute perjalanan terakhir untuk mereka yang datang dari Australia bisa melewati Darwin - Kupang - Maumere Flores. Perjalan selanjutnya untuk semua yang telah tiba di Maumere bisa menggunakan tranportasi darat dengan kendaraan umum atau mobil sewaan hingga lebih bebas menuju Moni, Moni adalah kampung terdekat menuju Danau Kelimutu, di sana juga tersedia Cottage dan Homestay, tempat penginapan yang di kelola pemerintah serta penduduk.

Menurut laporan dari Taman Nasional Kelimutu, koordinator teknis Dwi Sutantohadi perubahan warna danau itu telah terjadi lagi sejak Desember lalu. Perubahan warna itu terjadi pada kawah Tiwu Ata Polo dan Tiwu Nua Muri Koo Fai. Tiwu Ata Polo yang biasanya berwarna cokelat tua kehitaman kini telah berubah warna menjadi hijau tua, sedangkan Tiwu Nua Muri Koo Fai dari hijau muda berubah menjadi hijau kebiru-biruan. Sementara satu danau yang lain, Tiwu Ata Mbupu warnanya masih seperti biasa, hijau tua kehitaman. Perubahan ini adalah hal yang biasa merupakan fenomena alam, jadi jangan di kaitkan dengan hal-hal mistik. Perubahan warna danau karena proses unsur kimia tanah yang merupakan bagian dari aktivitas gunung api. Penduduk setempat percaya bahwa gejala alam ini mempunyai arti dan mereka percaya ini sebagai tanda atau peringatan alam yang harus diperhatikan.

Berikut foto-foto dari Danau Kelimutu: