Minggu, 17 Januari 2010

Danau Tiga Warna Kelimutu Ende Flores NTT

Perjalanan sekitar dua jam dari Kota Ende, Kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), ditempuh dengan sebuah mobil sewaan melintasi jalan berkelok-kelok, jurang dan tebing, serta kondisi jalan yang tidak mulus. Terasa melelahkan dan penuh tantangan, apalagi perjalanan dilakukan pada dini hari. Namun semuanya sirna setelah memasuki Kampung Moni, kampung terdekat menuju Danau Kelimutu.

Ibu-ibu menawarkan kain tenun Lio yang dijual di kaki Gunung Kelimutu yang menjadi pelataran parkir kendaraan pengunjung danau tersebut. Kain tenun Lio merupakan salah satu potensi lokal yang dijual masyarakat setempat bagi wisatawan.

Warna-warna Danau Kelimutu terus berubah. Perubahan itu bisa saja disebabkan oleh kandungan mineral, pengaruh biota jenis lumut dan batu-batuan di dalam kawah tersebut. Bagi masyarakat setempat perubahan warna itu mempunyai makna tersendiri.

Kampung Moni terletak di Desa Koanara, Kecamatan Wolowaru, Kabupaten Ende yang berjarak 13 kilometer dari Danau Kelimutu. Dari Moni hanya dibutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk mencapai bibir Danau Kelimutu. Tepat pukul 08.15 Wita, setelah melintasi jalan setapak sekitar satu kilometer, kami tiba di bibir Danau Kelimutu. Danau tiga warna di puncak kawah Gunung Kelimutu yang menjadi salah satu dari keajaiban dunia ini, benar-benar mempesona dengan keindahan dan misteri yang tersimpan di puncak gunung setinggi 1.690 meter di atas permukaan laut itu.

Kelimutu merupakan gabungan dari kata keli yang berarti gunung dan mutu yang berarti mendidih. Kelimutu adalah satu dari sekian daerah tujuan wisata yang sangat terkenal di Pulau Flores, selain komodo, kampung tradisional Bena, dan Taman Laut Riung yang indah. Danau vulkanik dianggap ajaib dan misterius karena warna ketiga danau tersebut berubah-ubah, seiring dengan perjalanan waktu. Sebelumnya warna danau ini adalah merah, putih, dan biru.

Pada pertengahan 2006 lalu terjadi beberapa kali perubahan terutama untuk dua danau yang letaknya bersebelahan yakni Danau Arwah Muda-mudi (tiwu nua muri ko'o fai) dan Danau Arwah Tukang Tenung (tiwu ata polo). Danau Arwah Muda-mudi yang sebelumnya berwarna hijau, pada Juni tahun lalu sempat berubah menjadi biru. Sementara Danau Tukang Tenung atau Orang Jahat yang sebelumnya berwarna cokelat tua berubah warna agak kemerah-merahan. Satu danau yang terpisah, Danau Arwah Orangtua (tiwu ata mbupu) tetap berwarna hijau tua/lumut. Namun, pada Desember lalu ketika Pembaruan berkunjung ke danau tersebut Danau Arwah Muda-mudi kembali berwarna hijau, Danau Orang Jahat menjadi biru tua, dan Danau Orangtua menjadi cokelat kehitaman. Warna air Danau Kelimutu adalah misteri alam.

Pagi hari adalah waktu yang terbaik untuk menyaksikan Danau Kelimutu. Menjelang tengah hari, apalagi sore hari, biasanya danau diselimuti kabut yang menghalangi pandangan. Itu sebabnya para wisatawan biasanya bermalam di Kampung Moni dan baru berangkat ke Gunung Kelimutu dini hari. Kelimutu terletak sekitar 66 kilometer dari Kota Ende. Dari Ende dapat menggunakan kendaraan sewaan untuk perjalanan Ende-Kelimutu- Ende. Waktu perjalanan bisa ditentukan sendiri dan pengunjung dapat mencapai puncak Kelimutu. Untuk biaya yang lebih murah dari Ende dapat menggunakan bus umum, namun hanya sampai di Kampung Moni, tetapi sulit mendapatkan bus yang tiba pagi hari di kampung itu sehingga harus menginap di tempat itu. Perlu juga menyewa kendaraan pribadi atau ojek untuk mencapai puncak danau. "Kalau dengan kendaraan sewaan pengunjung bisa mampir di beberapa desa tradisional dan perjalanan diatur sesuai kesepakatan. Biasanya sekali jalan hingga pulang, butuh dua jam dengan harga Rp 400.000. Waktu tersebut sudah lebih dari cukup termasuk dua jam penuh menikmati Danau Kelimutu dan sekitarnya," kata Paul Yanca, sopir yang biasa menyewakan kendaraan pribadinya. Kelimutu dapat dicapai dari Ende menggunakan bus antarkota ataupun kendaraan sewaan, dengan harga dan waktu perjalanan yang relatif tidak jauh berbeda.

Sebuah cottage dari kayu adalah salah satu dari alternatif penginapan di Kampung Moni sebelum atau sesudah mengunjungi Danau Kelimutu. Tarif yang relatif murah dan pemandangan alam yang menarik merupakan kenikmatan bagi wisatawan dengan dana terbatas. Kelimutu diyakini juga sebagai tempat bersemayamnya arwah-arwah manusia. Danau yang terlihat pada gambar merupakan danau arwah orang tua (tiwu ata mbupu) letaknya terpisah dari dua danau lain yang saling berimpitan.

Flora

Untuk menginap di Kampung Moni terdapat sekitar 20 homestay yang dikelola penduduk dengan tarif Rp 25.000- Rp 50.000 per malam. Cottage milik pemerintah bertarif Rp 75.000-Rp 85.000. Kawasan Kelimutu dikelilingi hutan dengan flora yang jarang ditemukan di wilayah Flores. Ada pinus, cemara, kayu merah dan edelweiss. Sedangkan fauna yang ada seperti rusa, babi hutan, ayam hutan dan elang.

Apa yang terlihat saat ini tidak jauh berbeda dengan kondisi 10 tahun lalu ketika mengunjungi kawasan tersebut. Hanya sedikit perbedaan, jika 10 tahun lalu kendaraan pengunjung bisa mencapai bibir danau, saat ini kendaraan hanya bisa sampai di kaki gunung dan butuh 30 menit berjalan kaki menuju bibir danau ajaib itu.

Masyarakat setempat mempercayai bahwa Gunung Kelimutu keramat dan memberikan kesuburan pada alam di sekitarnya. Dalam beberapa kesempatan biasanya ada upacara masyarakat setempat dan memberikan sesajen kepada "arwah" yang menjaga kawasan tersebut.

Luas ketiga danau itu sekitar 1.051.000 meter persegi dengan volume air 1.292 juta meter kubik. Batas antardanau adalah dinding batu sempit yang mudah longsor. Dinding terjal tersebut memiliki sudut kemiringan 70 derajat dengan ketinggian antara 50 sampai 150 meter.

Gunung Kelimutu pernah meletus pada 1886 dan meninggalkan tiga kawah berbentuk danau tersebut dan ditetapkan sebagai taman nasional sejak 26 Februari 1992. Kelimutu juga merupakan tempat yang bagus bagi yang menyukai hiking dan menikmati kawasan desa pegunungan tropis

Taman Nasional Kelimutu (5356,50 ha) ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 679/Kpts-II/1997 tanggal 10 Oktober 1997 terletak 60 km ke arah timur Laut Kota Ende atau terletak di antara 8048'21" - 8048'24" Lintang Selatan (LS) dan 121044'21" - 121050'15" Bujur Timur (BT).di belahan Tenggara Pulau Flores. Secara administratif merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur.. Terdapat keindahan alam yang luar biasa berupa fenomena alam yang tidak ada kembarannya di Muka Bumi yakni Tiga Danau Kawah yang selalu berubah warna. Keajaiban alam ini dibangun oleh aktivitas geologi gunung Kelimutu (1.690 m dpl) itu sendiri. Kelimutu memiliki iklim tropis yang relatif stabil dengan curah hujan berkisar antara 1.651 s.d. 3.363 mm per tahun dimana musim hujan jatuh pada bulan Desember s.d. Maret dan bulan-bulan terkering terjadi pada bulan Oktober s.d. Nopember. Suhu udara berkisar antara 25,5° – 31° celcius dengan suhu minimum mencapai 11,6° celcius yang terjadi pada bulan Juli – Agustus. Pada musim hujan semua tumbuhan berwarna hijau subur dan pada musim kering terutama pada bulan Oktober dan Nopember banyak tumbuhan yang meluruhkan daun. Kondisi tanah dan iklim sangat berpengaruh langsung terhadap flora dan fauna yang ada disini. Kawasan Taman Nasional Kelimutu terbadi dalam empat (4) zonasi (SK Dirjen PKA No. 16/Kpts/DJ-V/2001 yang terdiri dari : 1. Zona Inti seluas 350,50 ha, vegetasi dominan ( Vaccinium varingiaefolium), Cemara Gunung ( Casuarina junghuniana ), ( Rhododendron renschianum). Satwa dominan burung perkici, babi hutan, ayam hutan. 2. Zona Rimba seluas 4.351,50 ha, vegetasi dominan ampupu ( Eucalyptus urophylla ), cemara (Casuarina junghuniana), Ara (Ficus sp). Satwa dominan babi hutan, kera, ayam hutan, burung perkici. 3. Zona Pemanfaatan Intensif seluas 96,50 ha, vegetasi dominan kurusaku, ranga. Satwa dominan ayam hutan , burung perkici. 4. Zona Rehabilitasi seluas 558,50 ha, vegetasi dominan kurusaku, ranga. Satwa dominan ayam hutan, burung perkici. Kekayaan flora-fauna spesifik yang ada di salah satu zona wallacea ini diantaranya pohon Ampupu (Eucalyptus delgupta), E. Urophyla, juga berbagai jenis Ficus dan Cemara gunung ( Casuarina junghuhniana) mendominasi lembah-lembah dekat kawah. Pada pelataran sekitar kawah yang merupakan areal terbuka ditumbuhi Vaccinium, Rhododendron dan Eidelweis yang berbunga sepanjang tahun. Terdapat burung Garugiwa (Monarcha sacerdotum) Geologi dan Tanah Daratan Flores merupakan bagian dari jalur pegunungan vulkanik yang berawal dari ujung utara Sumatera, bersambung ke Jawa, Bali, Lombok, Sumba, Flores, Alor dan berakhir di Laut Banda. Kondisi lapisan tanah di Flores tergolong muda dan labil. Mungkin kedua hal inilah yang menyebabkan sering terjadi gempa baik tektonik maupun vulkanik di Pulau Flores. Tanah di kawasan Taman Nasional Kelimutu terdiri dari tanah regosol, mediteran dan latosol. Sedangkan formasi geologinya terdiri dari batuan basa menengah, batuan berasam kersik dan efusive berasam kersik. Topografi Topografi Taman Nasional Kelimutu bervariasi dari bergelombang ringan sampai berat dengan relief berbukit-bukit sampai bergunung-gunung dengan tingkat kemiringan atau lereng yang sangat terjal dan curam, terutama pada dinding-dinding dan areal sekitar danau. Topografi yang bergelombang berat umumnya terdapat di bagian Selatan kawasan. Ketinggian Ketinggian kawasan Taman Nasional Kelimutu berkisar antara 1.500 - 1.731 meter dpl. Titik tertinggi terdapat di puncak Gunung Kelibara, yakni mencapai 1.731 m dpl dan puncak Gunung Kelimutu 1.690 m dpl. Iklim Kabupaten Ende beriklim tropis. Suhu Udara rata-rata 21?C di pagi hari dan 31?C di siang hari. Musim hujan terjadi antara bulan Desember - April dengan curah hujan rata-rata antara 1.000 sampai 1.500 mm per tahun. Mei sampai November merupakan bulan musim kemarau. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson Taman Nasional Kelimutu dikelilingi oleh pemukiman masyarakat dari komunitas adat LIO yang masih sangat kental dengan tata-krama adatnya. ini dicirikan dengan berpadinya sifat agraris, religi dan magis. berbagai acara seremonial adat yang digelar menunjukan betapa kuatnya kedekatan mereka dengan alam semesta, INE PARE adalah sebutan lain dari suku LIO karena secara mithologi merekalah yang pertama kali menemukan padi sebagai bahan ,makanan pokok sekarang ini. senyum dan kerama-tamahan mereka akan menyambut siapapun yang datang ke Taman Nasional Kelimutu. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani/peladang. Mereka pada umumnya bekerja menggarap ladang atau kebun dengan jenis tanaman pangan yang biasanya mereka tanam adalah padi, jagung, ubi kayu dan jenis kacang-kacangan. Sedangkan jenis tanaman keras yang mereka pelihara adalah kakao, cengkeh, kemiri dan kopi. Disamping bekerja sebagai penggarap ladang/kebun sebagian dari mereka ada juga yang memelihara ternak dengan skala kecil dan masih bersifat tradisional. Ternak yang mereka pelihara antara lain sapi, babi, kerbau, kambing dan ayam. Seperti umumnya masyarakat lain suku Lio dalam pergaulan sehari-hari berbahasa suku Lio. Mereka memiliki adat istiadat yang masih melekat dan ditaati oleh seluruh anggota masyarakatnya, seperti dalam hal upacara perkawinan, upacara waktu tanam dan panen, membuat/memperbaiki rumah adat (keda) dan lain-lain. Mereka juga mengenal waktu-waktu tertentu yang menurut mereka tidak boleh ada aktivitas atau pekerjaan (Joka Ju) seperti berkebun, berladang dan lain-lain yang apabila dilanggar terkena sanksi adat (Poi). Taman Nasional Kelimutu merupakan salah satu taman nasional yang mempunyai keunikan dan nilai estetika sangat tinggi. Dalam kawasan ini terdapat tiga buah danau yang terletak di puncak Gunung Kelimutu. Masing-masing danau tersebut mempunyai warna yang berbeda-beda serta selalu berubah warnanya dari waktu-kewaktu. Danau Tiwu Ata Mbupu (danau arwah para orang tua) dan danau Tiwu Nuwa Muri Koo Fai (danau arwah muda-mudi) letaknya saling berdekatan dan danau Tiwu Ata Polo (danau arwah para tukang tenung) yang letaknya agak berjauhan dengan kedua danau sebelumnya. Selain keunikan dan keindahan bentang alamnya, yang melatarbelakangi kawasan Gunung Kelimutu dijadikan taman nasional adalah terdapatnya Selain keunikan dan keindahan bentang alamnya, di kawasan Taman Nasional Kelimutu terdapat 78 jenis Flora, 2 (dua) diantaranya merupakan jenis endemik Kelimutu yaitu Uta onga (Begonia kelimutuensis) dan turuwara (Rhondodenron renschianum) Pada saat musim berbunga antara Mei sampai dengan Agustus bagaikan taman Firdaus karena akan memberikan warna merah pada tepian danau. ada beberapa jenis satwa endemik Flores yaitu burung gerugiwa (Monarcha sp) burung endemik yang suaranya sangat merdu ini sering disebut burung arwah karena jarang sekali menampakkan diri dan sulit ditemui. Dengan kicauan yang riuh bersahutan burung inilah yang selalu menyambut kedatangan Anda di Kelimutu setiap fajar menyingsing yang memiliki kicauan dengan 11 suara yang berbeda, dan 3 jenis mamalia yaitu tikus lawo (Rattus hainaldi ), deke (Papagomys armandvillei ), Wawi ndua (Sus heureni). Selain itu terdapat objek-objek yang sangat menarik yang bisa dinikmati bagi para Wisatawan seperti : Rumah adat di kampung Wologai Tengah Kecamatan Detusoko merupakan salah satu dari 24 komunitas adat suku LIO yang berada di sekitar Taman Nasional Kelimutu dengan budayanya yang luhur sangat kental dengan perilaku agraris, religi sekaligus magis dengan kedekatannya yang kuat kepadaan alam, Seni tari adat LIO sering dipertunjukkan pada berbagai upacara atau pesta adat tertentu Tarian yang dibawakan secara masal bisa berupa Gawi, Mure, Ule Lela Nggewa, Wanda Pala dan banyak lagi yang bisa diikuti olehpara wistawan, Tenun ikat salah satu produk kerajinan tradisional masyarakat, dari motif dan bentuk kain kita bisa membaca produk asal kampung yang membuatnya. Motiv dan corak kain melukiskan suatu cerita yang mengandung makna filosofi tinggi. serta kelayakan penggunaan yang sesuai dengan eventnya yakni untuk menghadiri pesta adat, pesta pernikahan, acara religi ataupun suasana berkabung. Semuanya bisa menjadi kenangan yang tak terlupakan bila anda berkunjung ke Kawasan Taman Nasional Kelimutu.

Tidak ada komentar: